![]() |
SIFAT MA'ANIYA BAGI ALLAH SWT (NATURE OF MA'ANIYA FOR ALLAH SWT) |
و يجب في حقه تعالى القدرة وهي صفة قديمة قائمة بذاته تعالى يوجد بها ويعدم . وضدها العجز . والدليل على ذلك انه لو كان عاجزا لم يوجد شيئ من هذه المخلوقات .
Dan wajib didalam hak Allah ta’ala sifat qudrat (kuasa), yaitu sifat yang Qodim (terdahulu)yang menetap pada dzat Allah ta’ala dengan sebab sifat Qudrat Allah mewujudkan dan meniadakan. Dan perlawanannya adalah sifat ajzu (lemah). Dalil atas wajibnya sifat qudrat sesungguhnya kalau saja Allah adalah dzat yang lemah maka tidak akan wujud satu pun dari makhluk ini.
Dan wajib pada hak Allah ta'ala sifat qudrat (kekuasaan), iaitu sifat Qodim (sebelumnya) yang kekal pada zat Allah ta'ala kerana sifat Qudrat Allah yang mencipta dan menafikan. Dan rintangan itu adalah sifat ajzu (lemah). Dalil wajibnya qudrat, sebenarnya kalaulah Allah itu zat yang lemah, tidak akan wujud satupun makhluk ini.
And it is obligatory in the rights of Allah ta'ala the nature of the qudrat (power), namely the Qodim (previous) nature that remains in the essence of Allah ta'ala because the nature of the Qudrat of Allah creates and negates. And the resistance is the nature of ajzu (weak). The proof for the obligatory nature of qudrat, in fact, if only Allah were a weak essence, none of these creatures would exist.
و يجب في حقه تعالى الارادة . وهي صفة قديمة قائمة بذاته تعالى يخصص بها الممكن بالوجود او بالعدم او بالغنى او بالفقر او بالعلم او بالجهل الى غير ذلك . وضدها الكراهة . والدليل على ذلك انه لو كان كارها لكان عاجزا وكونه عاجزا محال .
Dan wajib didalam hak Allah ta’ala sifat irodat (berkehendak), yaitu sifat yang Qodim (terdahulu)yang menetap pada dzat Allah ta’ala dengan sebab sifat Irodat, Allah Mengkhususkan sesuatu yang mungkin dengan ada atau tiada, dengan kaya atau faqir, dengan pintar atau bodoh dan lain sebagainya. Dan perlawanannya adalah sifat karohah (terpaksa). Dalil atas wajibnya sifat irodat sesungguhnya kalau saja Allah dzat yang terpaksa, maka tentunya Allah dzat yang lemah, dan keberadaan Allah sebagai dzat yang lemah itu tidak mungkin di terima akal.
Dan wajib pada hak Allah ta'ala, sifat irodat (rela), iaitu sifat Qodim (dahulu) yang tetap pada Zat Allah ta'ala kerana sifat irodat, Allah mengkhususkan sesuatu yang bersifat. mungkin dengan wujud atau tidak, dengan harta atau faqir, dengan cerdik atau bodoh dan sebagainya. Dan penentangannya adalah karohah (terpaksa). Dalil wajibnya irodat, sebenarnya jika Allah sahaja yang dipaksa, nescaya Allah itu zat yang lemah, dan kewujudan Allah sebagai zat yang lemah tidak boleh diterima oleh akal.
And it is obligatory in the rights of Allah ta'ala, the nature of irodat (willing), namely the Qodim (previous) nature that persists in the Essence of Allah ta'ala because of the irodat nature, Allah specializes in something that is possible with existence or not, with wealth or faqir, with smart or stupid and so on. And the resistance is karohah (forced). The proof for the obligatory nature of irodat, in fact, if only Allah is the one who is forced, then surely Allah is a weak substance, and the existence of Allah as a weak essence cannot be accepted by reason.
و يجب في حقه تعالى العلم وهي صفة قديمة قائمة بذاته تعالى يعلم بها الاشياء . وضدها الجهل . والدليل على ذلك انه لو كان جاهلا لم يكن مريدا وهو محال .
Dan wajib didalam hak Allah ta’ala sifat ilmu (mengetahui), yaitu sifat yang qodim (terdahulu) yang menetap pada dzat Allah ta’ala, dengan sebab sifat Ilmu,Allah mengetahui segala sesuatu. Dan perlawanannya adalah sifat jahlu (bodoh). Dalil atas wajibnya sifat ilmu sesungguhnya kalau saja Allah Dzat yang bodoh, maka tentunya Dia Dzat yang tidak mempunyai kehendak, dan itu tidak mungkin di terima akal.
Dan wajib pada hak Allah ta'ala sifat ilmu (mengetahui), iaitu sifat qodim (dahulu) yang tetap pada zat Allah ta'ala, kerana sifat Ilmu, Allah mengetahui segala-galanya. Dan penentangannya adalah jahlu (kebodohan). Dalil wajibnya ilmu, jika Allah itu bodoh, nescaya Dialah Dzat yang tidak berkehendak, dan tidak mungkin diterima akal.
And it is obligatory in the rights of Allah ta'ala the nature of knowledge (knowing), namely the qodim (previous) nature that remains in the essence of Allah ta'ala, because of the nature of Knowledge, Allah knows everything. And the resistance is jahlu (stupidity). The proof for the obligatory nature of knowledge, if only Allah is a fool, then surely He is the Essence who has no will, and it is impossible for reason to accept.
و يجب في حقه تعالى الحياة . وهي صفة قديمة قائمة بذاته تعالى تصحح له ان يتصف بالعلم وغيره من الصفات وضدها الموت . والدليل على ذلك انه لو كان ميتا لم يكن قادرا ولامريدا ولاعالما . وهو محال .
Dan wajib didalam hak Allah ta’ala sifat hayat (hidup), yaitu sifat yang qodim (terdahulu) yang menetap pada dzat Allah yang mengesahkan bagiNya untuk bersifat dengan ilmu dan sifat-sifat lainnya. Dan perlawanannya adalah sifat maut (mati). Dalil atas wajibnya sifat hayat sesungguhnya kalau saja Allah Dzat yang mati, maka tentunya Dia bukan Dzat yang Kuasa, bukan Dzat yang berkehendak dan bukan pula Dzat yang mengetahui, dan itu tidak mungkin di terima akal.
Dan wajib dalam hak Allah taala memiliki sifat hidup (kehidupan) iaitu sifat qodim (dahulu) yang tetap pada zat Allah yang memberi kuasa kepada-Nya untuk bercirikan ilmu dan sifat-sifat yang lain. Dan penentangannya adalah sifat kematian (kematian). Dalil bagi hakikat hidup yang diwajibkan ialah sekiranya Allah sahaja yang mati, sudah tentu Dia bukanlah yang Maha Berkuasa, bukan juga Dzat yang berkehendak dan tidak pula Dzat yang mengetahui, dan itu adalah mustahil untuk diterima.
And it is obligatory in Allah ta'ala's right to have the nature of life (life), namely the qodim (previous) nature that is fixed in the essence of Allah who authorizes Him to be characterized by knowledge and other attributes. And its resistance is the nature of death (death). The proof for the obligatory nature of life is that if only Allah was the One who died, then of course He is not the One Who is Powerful, nor the Essence who wills nor the Essence who knows, and that is impossible to accept.
و يجب في حقه تعالى السمع والبصر وهما صفتان قديمتان قائمتان بذاته تعالى ينكشف بهما الموجود . وضدهما الصمم والعمى . والدليل على ذلك قوله تعالى {وهو السميع البصير }
Dan wajib didalam hak Allah ta’ala sifat sama’ (mendengar) dan sifat bashor ( melihat ), keduanya yaitu sifat yang qodim(terdahulu)yang menetap pada dzat Allah, yang dengan sebab kedua sifat tersebut menjadi tampak jelas semua perkara yang ada. Dan perlawanannya adalah sifat shomam (tuli) dan ‘amaa (buta) . Dalil atas wajibnya kedua sifat tersebut adalah firman Allah yang artinya : “ Dialah Allah yang Maha mendengar dan Maha melihat “ (Qs as Syura 11).
Dan wajib dalam hak Allah Ta’ala mempunyai sifat yang sama (mendengar) dan bashor (melihat), yang keduanya merupakan sifat qodim (dahulu) yang tetap pada zat Allah, yang karena kedua sifat tersebut. semua benda yang ada nampak jelas. Dan penentangannya ialah sifat shamam (pekak) dan 'amaa (buta). Dalil kewajipan kedua-dua sifat ini ialah firman Allah yang bermaksud: “Dialah Allah yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (Surah as Syura 11).
And it is obligatory in the rights of Allah ta'ala to have the same nature (hearing) and bashor (seeing), both of which are qodim (previous) characteristics that remain in the Essence of Allah, which because of these two characteristics all things that exist are clearly visible. And the resistance is the nature of shamam (deaf) and 'amaa (blind). The proof for the obligation of these two qualities is the word of Allah which means: "He is Allah who is All-Hearing and All-Seeing" (Surah as Shura 11).
و يجب في حقه تعالى الكلام وهو صفة قديمة قائمة بذاته تعالى وليست بحرف ولاصوت . وضدها البكم وهو الخرس . والدليل على ذلك قوله تعالى { وكلم الله موسى تكليما } .
Dan wajib didalam hak Allah ta’ala sifat kalam (berbicara) yaitu sifat yang qodim (terdahulu) yang menetap pada dzat Allah dengan tanpa huruf dan tanpa suara. Dan perlawanannya adalah sifat bukmu / khorsu (bisu). Dalil atas wajibnya sifat kalam adalah firman Allah yang artinya : “Dan Allah berbicara kepada nabi Musa dengan pembicaraan yang sesungguhnya “ (Qs an Nisa 164).
Dan wajib pada hak Allah taala sifat kalam (berbicara) iaitu sifat qodim (dahulu) yang kekal pada zat Allah tanpa huruf dan tanpa bunyi. Dan penentangan adalah sifat bukmu/khorsu (bisu). Dalil wajibnya kalam ialah firman Allah yang bermaksud: “Dan Allah telah berfirman kepada nabi Musa dengan benar” (Surah an Nisa 164).
And it is obligatory in the rights of Allah ta'ala the nature of kalam (speaking) that is the qodim (previous) nature that remains in the essence of Allah without letters and without sound. And the resistance is the nature of bukmu/khorsu (mute). The proof for the obligatory nature of kalam is the word of Allah which means: "And Allah spoke to the prophet Moses with the truth" (Surah an Nisa 164).