TIJAN AD DARORY SIFAT NAFSIYYAH DAN SALBIYAH BAGI ALLAH TA'ALA TIJAN AD DARORY THE NATURE OF NAFSIYYAH AND SALBIYAH FOR ALLAH TA'ALA

TIJAN AD DARORY SIFAT NAFSIYYAH DAN SALBIYAH BAGI ALLAH TA'ALA TIJAN AD DARORY THE NATURE OF NAFSIYYAH AND SALBIYAH FOR ALLAH TA'ALA

Tidak ada komentar

https://www.blogreligion.eu.org/2022/07/tijan-ad-darory-sifat-nafsiyyah-dan.html
SIFAT NAFSIYYAH 


فيجب في حقه تعالى الوجود وضده العدم . والدليل على ذلك وجود هذه المخلوقات .

Maka wajib didalam hak Allah ta’ala sifat wujud (ada) dan perlawanannya adalah sifat ‘adam (tidak ada). Dalil atas wajibnya sifat wujud yaitu adanya makhluk ini.

Maka wajib pada hak Allah ta'ala sifat wujud (ada) dan penentangannya adalah sifat 'adam (tidak ada). Dalil wujudnya wajib ialah wujudnya makhluk ini.

So it is obligatory in the rights of Allah ta'ala the nature of wujud (existence) and its resistance is the nature of 'adam (non-existent). The proof for the obligatory nature of existence is the existence of this creature.

SIFAT SALBIYYAHhttps://www.blogreligion.eu.org/2022/07/tijan-ad-darory-sifat-nafsiyyah-dan.html


و يجب في حقه تعالى القدم . ومعناه انه لا اول له تعالى .  وضده الحدوث . والدليل على ذلك انه لو كان حادثا لاحتاج الى محدث وهو محال .

Dan wajib didalam hak Allah ta’ala sifat qidam ( terdahulu ). Artinya tidak ada permulaan bagi (wujud) Allah ta’ala. Dan perlawanannya adalah sifat huduts (adanya permulaan bagi wujudNya). Dalil atas wajibnya sifat qidam yaitu sesungguhnya kalau saja Allah itu hadits (Dzat yang baru ) maka tentunya Allah membutuhkan muhdits (Dzat lain yang mewujudkanNya), dan itu tidak mungkin di terima akal.

Dan wajib pada hak Allah ta'ala sifat qidam (sebelumnya). Ini bermakna tiada permulaan bagi Allah Taala. Dan penentangannya adalah sifat huduts (ada permulaan bagi bentukNya). Dalil wajibnya qidam ialah sekiranya Allah menjadi hadis (Zat yang baru), nescaya Allah memerlukan muhdits (Zat lain yang menjadikannya), dan itu adalah mustahil untuk diterima oleh akal.

And it is obligatory in the rights of Allah ta'ala the nature of qidam (previous). This means that there is no beginning for Allah the Exalted. And the resistance is the nature of huduts (there is a beginning for His form). The proof for the obligatory nature of qidam is that if only Allah were hadith (the new Essence), then surely Allah would need muhdits (other Essence who made it happen), and that is impossible for reason to accept.

و يجب في حقه تعالى البقاء . ومعناه انه تعالى لا اخر له.  والدليل على ذلك انه لو كان فانيا لكان حادثا وهو محال.

Dan wajib didalam hak Allah ta’ala sifat baqo’ ( kekal ) artinya tidak ada akhir bagi (wujud) Allah ta’ala. Dan perlawanan sifat Baqo’ adalah sifat Fana (rusak). Dalil atas wajibnya sifat baqo’  yaitu sesungguhnya kalau saja Allah itu rusakmaka tentunya Allah Dzat Yang Hadits.dan itu tidak mungkin di terima akal.

Dan wajib pada hak Allah ta'ala, sifat baqo' (kekal) ertinya tiada kesudahan (wujud) Allah ta'ala. Dan penentangan terhadap sifat Baqo' adalah sifat Fana (rosak). Dalil sifat wajib baqo' ialah sekiranya Allah itu rosak, nescaya Allah itu Dzat Hadis, dan itu mustahil diterima oleh akal.

And it is obligatory in the rights of Allah ta'ala, the nature of baqo '(eternal) meaning that there is no end to (the form of) Allah ta'ala. And resistance to the nature of Baqo 'is the nature of Fana (damaged). The proof for the obligatory nature of baqo 'is that if only Allah were corrupt, then surely Allah is the Essence of Hadith, and that is impossible for reason to accept.

 

ويجب في حقه تعالى المخالفة للحوادث ومعناه انه تعالى ليس مماثلا للحوادث .فليس له يد ولا عين ولا اذن ولا غير ذلك من صفات الحوادث . وضدها المماثلة . والدليل على ذلك انه لو كان مماثلا للحوادث لكان حادثا وهو محال

Dan wajib didalam hak Allah ta’ala sifat Mukholafatu lil hawaditsi artinya tidak menyerupai makhlukNya.Maka Allah tidak mempunyai tangan, mata, telinga dan tidak yang  lainnya dari sifat-sifat makhluk. Dan perlawanannya adalah sifat mumatsalah (saling menyamai dengan makhlukNya). Dalil atas wajibnya sifat Mukholafatu lil hawaditsi yaitu sesungguhnya kalau saja Allah itu Dzat yang serupa dengan makhlukNya, maka tentunya Allah adalah dzat yang Hadits, dan ini tidak mungkin di terima akal.

Dan wajib pada hak Allah taala sifat Mukholafatu lil hawaditsi ertinya tidak menyerupai makhlukNya.Maka Allah tidak mempunyai tangan, mata, telinga dan tidak lain daripada sifat makhluk. Dan penentangan itu adalah sifat mumatsalah (sama antara satu sama lain dengan makhlukNya). Dalil wajibnya Mukholafatu lil hawaditsi ialah sekiranya Allah itu Zat yang serupa dengan makhluk-Nya, sudah tentu Allah adalah zat Hadis, dan ini tidak mungkin diterima dengan akal.

And it is obligatory in the rights of Allah ta'ala the nature of Mukholafatu lil hawaditsi means not to resemble His creatures. So Allah does not have hands, eyes, ears and nothing else from the characteristics of creatures. And the resistance is the nature of mumatsalah (equal to each other with His creatures). The proof for the obligatory nature of Mukholafatu lil hawaditsi is that if only Allah was a Essence similar to His creatures, then of course Allah is the essence of Hadith, and this is impossible to accept by reason.

و يجب في حقه تعالى القيام بالنفس ومعناه انه تعالى لايفتقر الى محل ولا الى مخصص وضده الاحتياج الى المحل و المخصص . والدليل على ذلك انه لو احتاج الى محل لكان صفة . وكونه صفة محال . ولو احتاج الى مخصص لكان حادثا وكونه حادثا محال .

Dan wajib didalam hak Allah ta’ala sifat al qiyamu bi nafsi (berdiri dengan DzatNya) artinya sesungguhnya Allah ta’ala tidak membutuhkan tempat dan tidak membutuhkan dzat yang mewujudkan. Dan perlawanannya adalah sifat al ihtiyaju (membutuhkan) pada tempat dan dzat yang mewujudkan. Dalil atas wajibnya sifat al qiyamu bi nafsi yaitu sesungguhnya kalau Allah itu membutuhkan pada  tempat maka niscaya Allah adalah sifat. Dan keberadaan Allah berupa sifat itu tidak mungkin di terima akal.  Kalau Allah itu membutuhkan pada  dzat yang mewujudkan maka niscaya Allah adalah dzat yang Hadits. Dan keberadaan Allah sebagai Dzat yang hadits itu tidak mungkin di terima akal.

Dan wajib pada hak Allah taala sifat al qiyamu bi nafsi (berdiri dengan ZatNya) ertinya Allah taala tidak memerlukan tempat dan tidak memerlukan zat yang zahir. Dan rintangan itu ialah sifat al ihtiyaju (keperluan) pada tempat dan zat yang menjelma. Dalil wajibnya al qiyamu bi nafsi ialah jika Allah memerlukan tempat, maka sesungguhnya Allah itu sifat. Dan kewujudan Tuhan dalam bentuk sifat adalah mustahil untuk diterima. Jika Allah memerlukan kepada yang zahir maka sesungguhnya Allah adalah inti Hadis. Dan kewujudan Allah sebagai Zat Hadis adalah mustahil untuk diterima.

And it is obligatory in the rights of Allah ta'ala, the nature of al qiyamu bi nafsi (standing with His Essence) meaning that Allah ta'ala does not need a place and does not need a substance that manifests. And the resistance is the nature of al ihtiyaju (need) in the place and the substance that embodies. The proof for the obligatory nature of al qiyamu bi nafsi is that if Allah is in need of a place, then surely Allah is an attribute. And the existence of God in the form of an attribute is impossible to accept. If Allah is in need of the one who manifests then surely Allah is the one who is the Hadith. And the existence of Allah as the Essence of the Hadith is impossible to accept.

و يجب في حقه تعالى الوحدانية في الذات وفي الصفات وفي الافعال . ومعنى الوحدانية في الذات انها ليست مركبة عن اجزاء متعددة .  ومعنى الوحدانية في الصفات انه ليس له صفتان فاكثر من جنس واحد كقدرتين وهكذا . وليس لغيره صفة تشابه صفته تعالى . ومعنى الوحدانية في الافعال انه ليس لغيره فعل من الافعال .  وضدها التعدد . والدليل على ذلك انه لو كان متعددا لم يوجد شيئ من هذه المخلوقات

Dan wajib didalam hak Allah ta’ala sifat wahdaniyat (tunggal/esa) dalam Dzat, sifat dan perbuatanNya. Arti esa dalam DzatNya yaitu Dzat Allah tidak tersusun dari beberapa bagian yang berbilangan. Dan tidak ada dzat yang menyerupai DzatNya Allah. Arti esa dalam sifatNya yaitu: sesungguhnya Allah tidaklah mempunyai dua sifat atau lebih dari jenis sifat yang sama seperti sifat qudrat ada dua dan begitu seterusnya. Dan sesungguhnya selain Allah tidak mempunyai sifat yang menyerupai sifat Allah ta’ala. Arti esa dalam perbuatanNya yaitu sesungguhnya tidak ada kepemilikan satu perbuatan pun dari seluruh perbuatan bagi selain Allah,.  Dan perlawanannya adalah sifat ta’adud (berbilangan). Dalil atas wajibnya sifat wahdaniyat yaitu sesungguhnya kalau saja Allah itu berbilangan maka niscaya tidak akan wujud satu pun dari makhluk ini.

Dan wajib pada hak Allah ta'ala sifat wahdaniyat (tunggal/satu) pada Zat, sifat dan perbuatan-Nya. Maksud satu dalam Zat-Nya ialah Zat Allah tidak terdiri daripada beberapa bahagian yang bernombor. Dan tidak ada Dzat yang menyerupai Zat Allah. Maksud keesaan pada sifat-sifatNya ialah: sesungguhnya Allah tidak mempunyai dua sifat atau lebih yang sejenis sifat seperti ada dua sifat qudrat dan seterusnya. Dan sesungguhnya, selain Allah, tidak ada sifat yang menyerupai sifat Allah Ta'ala. Maksud keesaan dalam perbuatan-Nya ialah pada hakikatnya tidak ada pemilikan satu-satu perbuatan semua amalan untuk selain Allah. Dan rintangan itu adalah sifat ta'adud (bilangan). Dalil wajibnya wahdaniyat ialah jika Allah dihitung, tidak ada satupun makhluk ini.

And it is obligatory in the rights of Allah ta'ala the nature of wahdaniyat (singular / one) in His Essence, nature and actions. The meaning of one in His Essence is that the Essence of Allah is not composed of several numbers. And there is no Essence that resembles the Essence of Allah. The meaning of oneness in His attributes is: verily, Allah does not have two or more attributes of the same type of nature as there are two natures of qudrat and so on. And verily, apart from Allah, there is no attribute resembling that of Allah the Exalted. The meaning of oneness in His actions is that in fact there is no ownership of a single act of all deeds for other than Allah. And the resistance is the nature of ta'adud (number). The evidence for the obligatory nature of wahdaniyat is that if God were numbered, none of these creatures would exist.


Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.